October 16, 2025

TAMAR JALIS :EP25 - SUMPAH NASI TANGAS

 


TAMAR JALIS :EP25 - SUMPAH NASI TANGAS


Suasana di pekan kecil Terung di pagi Selasa dalam musim tengkujuh cukup lembab. LopakIopak yang terdapat berhampiran bangunanbangunan kedai di situ ditakungi air, akibat hujan yang memanjang pada sebelah malamnya. Saya dan datuk masih lagi duduk di warung kopi sebelah kanan jalan menghala ke Kuala Terung. Di perhentian bas kirakira 10 hingga 15 anak muda menanti bas.


October 12, 2025

TAMAR JALIS :EP24 - PUAKA TIANG SERI

 


TAMAR JALIS :EP24 - PUAKA TIANG SERI

kebesaran duduk atas bantal. Misainya cukup lebat. Sinar matanya tajam dan di sebelah lutut kanan tersimpuh seorang puteri.

"Apa hajat?", terdengar suara parau.

"Minta tuan hamba keluar dari sini”, balas datuk.

"Minta maaf. Janji kita, selagi tiang seri ini berada di rumah ini, kita tidak keluar. Itu janji kita dengan  tuan punya rumah asal"

"Saya minta pada tuan hamba. Saya minta maaf kami sekadar meminta”

”Kau dan aku adalah makhluk Allah. Kenapa harus menghalau makhluk lain yang punya niat baik"


October 09, 2025

TAMAR JALIS : EP23 - ROH BAYI MENCARI IBU

 


TAMAR JALIS : EP23 - ROH BAYI MENCARI IBU

"Boleh, apa salahnya”

Saya pun terus melompat ke atas lanting basikal. Entah macam mana, Pak Ayub Naim terus bercerita tentang keistimewaan arwah ayah Tok Kaya Sendi Diraja. Menurut Pak Ayub Naim, ayah Tok Kaya Sendi Diraja pemah mendapat harta karun di kaki gunung iaitu tempayan tembaga yang sumbing mulutnya.


October 04, 2025

TAMAR JALIS : EP22 - PENUNGGU RUMAH TOK KAYA SENDI DIRAJA

 


TAMAR JALIS : EP22 - PENUNGGU RUMAH TOK KAYA SENDI DIRAJA

Saya perhatikan dalam saat‐saat begitu, datuk bercakap ikut suka hati saja. Inilah yang membimbangkan hati dan perasaan saya. Sedang saya diamok keresahan, Mat Jali dan ambulan pun tiba. Datuk diusung ke dalam perut kereta ambulan untuk dibawa ke rumah sakit Kampar.


October 01, 2025

TAMAR JALIS : EP21 - BERGURU DENGAN SYAITAN

 


TAMAR JALIS : EP21 - BERGURU DENGAN SYAITAN


“Bukalah datuk, untuk faedah diri datuk.”

“Buka apa?”, sergah datuk pada saya.

“Tahan besi.”

”Tahan besi?”, ulang datuk.

“Ya tok.”

Datuk terdiam. Dia merenung muka saya. Sinar matanya cukup lembut seolah‐olah dari sinar matanya terucap perkataan ini: “Demi kasih sayangku padamu Tamar, aku lakukan apa saja”